← Back to portfolio

Hari ini dan Esok untuk Pariwisata Di Tengah Pandemi

Diterapkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar di masa pandemi ini mengharuskan setiap masyarakat untuk melakukan segala aktivitasnya dari dalam rumah. Sekolah dan perkantoran menerapkan sistem bekerja dari rumah atau yang dikenal dengan sebutan work from home. Dengan diterapkannya pembatasan sosial tersebut memberikan dampak yang cukup signifikan bagi beberapa sektor perekonomian, termasuk sektor Pariwisata. Dalam rapat Paket Stimulus Ekonomi untuk Penanganan COVID-19 yang dilaksanakan pada tanggal 2 April 2020, Menko Perekonomian membagi beberapa sector perekonomian ke dalam dua indikator; Potential Winners dan Potential Losers. Bidang tekstil, obat- obatan, dan makanan berada pada posisi potential winners. Sedangkan bidang pertambangan, transportasi, dan pariwisata menduduki posisi potential losers. Artinya, pariwisata adalah sector yang paling terdampak oleh adanya pandemi.

Konsep kebijakan pemerintah untuk pariwisata Indonesia adalah bagaimana usaha pemerintah dalam menanggulangi COVID-19 dan menjaga keberlanjutkan kegiatan pariwisata seperti sedia kala. Tentu saja, seluruh pemangku kepentingan mengiginkan sektor pariwisata dapat berjalan dengan aman. Sehingga, pemerintah menyusun kebijakan untuk mewujudkan usaha tersebut. Misalnya, adanya kebijakan mengenai ketersediaan sarana perlindungan dari COVID-19 dari pihak penyelenggara dan pengelola obyek wisata. Contohnya, adanya pembatasan jumlah wisatawan, disediakannya wastafel, petunjuk untuk melakukan jaga jarak, dan petugas yang selalu memastikan wisatawan menaati protokol kesehatan. Perlu lebih banyak orang tahu juga mengenai ketersediaan ruangan bagi para wisatawan yang ditemukan pingsan tanpa diketahui penyebabnya, dan memiliki indikasi yang mirip dengan COVID-19. Serta bagaimana para petugas dalam obyek wisata tersebut menangani hal tersebut.

Kebijakan- kebijakan tersebut juga harus disesuaikan dengan perkembangan kesehatan masyarakat yang ada di zona tersebut. Jika dalam wilayah tersebut diketemukan data dari Gugus Tugas COVID-19 yang semakin meningkat, maka obyek wisata terpaksa harus segera kembali ditutup untuk mencegah penyebaran yang lebih luas. Pengelola obyek wisata sangat perlu memerhatikan informasi- informasi terbaru mengenai persebaran COVID-19, setidaknya di wilayah mereka. Maka, sangatlah wajar jika terjadi perubahan peraturan, seperti yang terjadi pada tempat- tempat wisata di wilayah Jakarta Oktober lalu saat diberlakukan kembali PSBB transisi. Per 12 Oktober 2020, tempat wisata seperti Taman Impian Jaya Ancol dan Dunia Fantasi hanya menerima sebanyak 25 persen dari jumlah pengunjung biasanya (detik.com).

Penggunaan gadget pada pandemi ini juga semakin meningkat. Mulai dari karyawan, mahasiswa, hingga pelajar melakukan pekerjaannya secara daring, seperti virtual meeting atau webinar. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama, mengatakan bahwa kebiasaan para pengguna media digital ini bisa dimanfaatkan oleh para penyelenggara pariwisata untuk melahirkan virtual tourism. Hal ini tentu bisa menjadi hal yang perlu mendapat perhatian dari banyak pihak ditengah kebuntuan yang terjadi pada pariwisata di Indonesia yang sebagian besar wilayahnya berisiko sedang COVID-19.

Pada dasarnya, virtual tourism menawarkan paket wisata secara daring dan bisa dilakukan tanpa harus meninggalkan rumah. Nantinya, pengelola obyek wisata menawarkan paket- paket tertentu yang melibatkan obyek- obyek wisata di Indonesia. Tidak hanya wisatawan domestic, wisatawan mancanegara juga bisa menikmati virtual tourism menggunakan perangkat virtual reality.

Organisasi konvervasi alam, Sebumi, adalah salah satu pihak yang sudah merancang bagaimana e-tourism ini akan dilakukan. Menurut Sebumi, kelebihan dari virtual tourism adalah percepatan informasi dan penyampaian pesan yang padat dalam waktu yang singkat. Informasi mengenai obyek- obyek wisata yang dikunjungi wisatawan secara daring menjadi lebih cepat dan mudah sampai kepada wisatawan, tanpa harus berkunjung ke obyek wisata. Selain itu, virtual tourism juga dapat menjangkau lebih banyak wisatawan dari berbagai umur, lapisan, lokasi, maupun minat. Namun, tentu saja, minimnya interaksi dari pemandu dengan wisatawan menjadi tantangan bagi pengelola obyek wisata sebagai pengembang dari virtual tourism ini, sehingga wisatawan benar- benar merasakan pengalaman seperti berkunjung di obyek wisata tersebut. Seperti yang dikatakan Dr. Frans Teguh, M.A, Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, produk wisata adalah apa yang dibeli oleh wisatawan. Namun, pengalaman yang dialami dan dirasakan adalah yang diingat oleh para wisatawan.

Menjaga keberlangsungan pariwisata di Indonesia adalah fokus dari kebijakan pemerintah mengenai pariwisata di tengah pandemi ini. Salah satu hal yang bisa dimaksimalkan oleh pengelola saat ini adalah strategi memasarkan dan mempromosikan Indonesia sebagai negara yang memiliki destinasi wisata yang aman dari COVID-19. Wisatawan domestik hari ini masih terfokus pada berwisata secara luar jaringan. Belum banyak yang mengetahui mengenai berwisata secara daring yang saat ini masih terus dikembangkan oleh berbagai pihak di dalam sektor pariwisata. Harapan untuk pariwisata Indonesia di tengah pandemi ini semakin terlihat.

Referensi:

  • Teguh, Dr. Franz. THE FUTURE OF TOURISM AND HOSPITALITY BUSINESS MODEL IN THE NEW NORMAL : OPPORTUNITY FOR RESILIENCE AND SUSTAINABLE TOURISM. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
  • Yuzenho, Iben. 2020. Virtual Tour sebagai the New Normal Marketing Desa Wisata. Sebumi.
  • Herdiana, Dian. 2020. Rancang Bangun Tatanan Normal Baru Sektor Pariwisata Dalam Perspektif Kebijakan Publik. Senorita: hal 1-13
  • Maharani. Ajeng. 2020. NEW NORMAL TOURISM SEBAGAI PENDUKUNG KETAHANAN EKONOMI NASIONAL PADA MASA PANDEMI. Jurnal Lemhannas Vol. 8 hal 43-54
  • Manurung, Hendra. 2020. THE POSSIBILITIES OF INDONESIA NEW NORMAL TOURISM: WORK FROM BALI. President University